Entri Populer

Senin, 13 Agustus 2012

CERITA RENUNGAN : ARLOJI HILANG


Arloji yang Hilang

Ada seorang tukang kayu. Suatu saat ketika sedang bekerja, secara tak disengaja arlojinya terjatuh dan terbenam di antara tingginya tumpukan serbuk kayu.

Arloji itu adalah sebuah hadiah dan telah dipakainya cukup lama. Ia amat mencintai arloji tersebut. Karenanya ia berusaha sedapat mungkin untuk menemukan kembali arlojinya. Sambil mengeluh mempersalahkan keteledoran diri sen...
diri si tukang kayu itu membongkar tumpukan serbuk yang tinggi itu.

Teman-teman pekerja yang lain juga turut membantu mencarinya. Namun sia-sia saja. Arloji kesayangan itu tetap tak ditemukan.

Tibalah saat makan siang. Para pekerja serta pemilik arloji tersebut dengan semangat yang lesu meninggalkan bengkel kayu tersebut.

Saat itu seorang anak yang sejak tadi memperhatikan mereka mencari arloji itu, datang mendekati tumpukan serbuk kayu tersebut. Ia menjongkok dan mencari. Tak berapa lama berselang ia telah menemukan kembali arloji kesayangan si tukang kayu tersebut.

Tentu si tukang kayu itu amat gembira. Namun ia juga heran, karena sebelumnya banyak orang telah membongkar tumpukan serbuk namun sia-sia. Tapi anak ini cuma seorang diri saja, dan berhasil menemukan arloji itu.

"Bagaimana caranya engkau mencari arloji ini ?", tanya si tukang kayu.

"Saya hanya duduk secara tenang di lantai. Dalam keheningan itu saya bisa mendengar bunyi tik-tak, tik-tak. Dengan itu saya tahu di mana arloji itu berada", jawab anak itu.

Keheningan adalah pekerjaan rumah yang paling sulit diselesaikan selama hidup. Sering secara tidak sadar kita terjerumus dalam seribu satu macam 'kesibukan dan kegaduhan'.

Ada baiknya kita menenangkan diri kita terlebih dahulu sebelum mulai melangkah menghadapi setiap permasalahan.

Jumat, 10 Agustus 2012

Rasulullah Tak Menshalati Jenazah Pelaku Korupsi


Oleh: Prof Dr KH M Abdurrahman MA

Problematika bangsa dan umat saat ini adalah korupsi. Dalam bahasa Al-Quran, identik dengan kosakata ghulul (khianat) atau fasad. Ghulul karena menyembunyikan, mengkhianati sesuatu. Dan disebut fasad karena berimplikasi pada kerusakan atau kerugian negara yang menghancurkan negara itu sendiri.

Fenomena korupsi saat ini sudah menyangkut persoalan yang disebut sebagai problem kebangsaan dan keumatan. Bila melihat pada kasus yang terjadi di zaman Rasulullah SAW, terhadap orang yang melakukan korupsi (ghulul), Rasul tidak akan menshalati jenazahnya.

Sedikitnya, ada tiga faktor untuk mencegah merebaknya korupsi di Tanah Air. Pertama, faktor spiritual. Orang yang tingkat spiritualitas keagamaannya baik, tentu dia tidak akan berbuat dan berlaku korup. Bangsa Indonesia dikenal sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia.

Mengapa banyak praktik korupsi di negeri ini? Jawabnya, karena tidak adanya nilai-nilai spiritual dalam kehidupannya. Shalat, zakat, puasa, dan haji yang dikerjakannya sebatas praktik semata tanpa diimbangi dengan perbuatan nyata. Artinya, ibadahnya tidak mampu menghindarkan dirinya dari perbuatan dosa dan godaan duniawi.

Kedua, aspek sosial. Seorang Muslim harus menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Sesama Muslim harus saling mengingatkan dan mencegahnya. Imam Bukhari meriwayatkan, "Al-Muslimu man salimal Muslimuna min lisanihi wa yadihi". Muslim itu ialah orang yang menyelamatkan Muslim lain dengan bahasa dan tangannya (perbuatannya).

Sungguh berat dan banyak godaan untuk mengimplementasikan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sosial, sehingga kenyataan kehidupan yang sekarang penuh dengan israf (berlebihan), tabdzir (kemubaziran), dan itraf (kemewahan) makin mendorong seseorang mencari harta yang tidak suci itu.

Setan akan selalu menggoda manusia dan berusaha menjerumuskannya ke dalam perbuatan dosa dan maksiat. Karena itu, kita harus menjaganya dengan shalat, zikir, dan perlindungan kepada Allah SWT.

Dan, korupsi adalah perbuatan yang akan menjerumuskan pelakunya pada tindakan merugikan negara, sekaligus hak orang lain. (QS al-Ankabut [29]: 45).

Ketiga, aspek legal formal, sebagai produk konstitusional. Tujuannya, untuk menghukum dan mengadili para koruptor supaya jera. Undang-Undang Tahun 2002 jelas memberikan hukuman mati bagi koruptor sebagai hukuman maksimal. Sayangnya, UU itu seolah tidak tersentuh. Mestinya, perundangan ini disebarluaskan sehingga menjadi rasa takut bagi pelaku korupsi.

Dalam Alquran, pelaku korupsi sama dengan ghulul, yaitu merugikan orang lain karena khianat. (QS Ali Imran [3]: 161). Koruptor itu termasuk perampok harta dan kekayaan negara, karenanya pantas mendapatkan hukuman keras seperti hukuman mati. Apalagi, Rasul SAW dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ashabus Sunan, melarang para sahabat-sahabatnya termasuk umatnya menshalatkan jenazah koruptor karena pelakunya melakukan perbuatan khianat kepada saudara-saudaranya.

[Disarikan dari Hikmah Republika Koran. Judul asli tulisan adalah Ghulul = Korupsi, Republika]

Kamis, 09 Agustus 2012

CERITA RENUNGAN ; LAMPU MERAH



Lampu Merah

Dari kejauhan, lampu lalu-lintas di perempatan itu masih menyala hijau.

Bima segera menekan pedal gas kendaraannya. Ia tak mau terlambat. Apalagi ia tahu perempatan di situ cukup padat sehingga lampu merah biasanya menyala cukup lama. Kebetulan jalan di depannya agak lenggang.
...

Lampu berganti kuning. Hati Bima berdebar berharap semoga ia bisa melewatinya segera. Tiga meter menjelang garis jalan, lampu merah menyala.

Bima ragu, haruskah ia berhenti atau terus saja. “Ah, aku tak punya kesempatan untuk menginjak rem mendadak,” pikirnya sambil terus melaju.

Prit!!!

Di seberang jalan seorang polisi melambaikan tangan memintanya berhenti. Bima menepikan kendaraan agak menjauh sambil mengumpat dalam hati. Dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu. Wajahnya tak terlalu asing. Hey, itu kan Rosyid, teman mainnya semasa SMA dulu. Hati Bima agak lega. Ia melompat keluar sambil membuka kedua lengannya.

“Hai, Rosyid. Senang sekali ketemu kamu lagi!”

“Hai, Bim.” Tanpa senyum.

“Duh, sepertinya saya kena tilang nih? Saya memang agak buru-buru. Istri saya sedang menunggu di rumah.”

“Oh ya?” Tampaknya Rosyid agak ragu.

"Nah, bagus kalau begitu. Hari ini istriku ulang tahun. Ia dan anak-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tentu aku tidak boleh terlambat, dong.”

“Saya mengerti. Tapi, sebenarnya kami sering memperhatikanmu melintasi lampu merah di persimpangan ini.”

Oh-oh, sepertinya tidak sesuai dengan harapan. Bima harus ganti strategi. “Jadi, kamu hendak menilangku? Sungguh, tadi aku tidak melewati lampu merah. Sewaktu aku lewat lampu kuning masih menyala.” Aha, terkadang berdusta sedikit bisa memperlancar urusan.

“Ayo dong Bim, kami melihatnya dengan jelas. Tolong keluarkan SIMmu.”

Dengan ketus Bima menyerahkan SIM lalu masuk ke dalam kendaraan dan menutup kaca jendelanya. Sementara Rosyid menulis sesuatu di buku tilangnya. Beberapa saat kemudian Rosyid mengetuk kaca jendela. Bima memandangi wajah Rosyid dengan penuh kecewa. Dibukanya kaca jendela itu sedikit. Ah, lima centi sudah cukup untuk memasukkan surat tilang. Tanpa berkata-kata Rosyid kembali ke posnya.

Bima mengambil surat tilang yang diselipkan Rosyid di sela-sela kaca jendela. Tapi, hei apa ini. Ternyata SIMnya dikembalikan bersama sebuah nota. Kenapa ia tidak menilangku. Lalu nota ini apa? Semacam guyonan atau apa? Buru-buru Bima membuka dan membaca nota yang berisi tulisan tangan Rosyid.

"Bima, tahukah kamu, aku dulu mempunyai seorang anak perempuan. Sayang, Ia sudah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos lampu merah.

Pengemudi itu dihukum penjara selama 6 bulan. Begitu bebas ia bisa bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi.

Sedangkan anak kami satu-satunya sudah tiada. Kami masih terus berusaha dan berharap agar Tuhan berkenan mengkaruniai seorang anak agar dapat kami peluk.

Ribuan kali kami mencoba memaafkan pengemudi itu. Betapa sulitnya. Begitu juga kali ini denganmu. Maafkan aku Bim, Doakan agar permohonan kami terkabulkan. Berhati-hatilah".
(Rosyid)

Bima terhenyak. Ia segera keluar dari kendaraan mencari Rosyid. Namun, Rosyid sudah meninggalkan pos jaganya entah kemana. Sepanjang jalan pulang ia mengemudi perlahan dengan hati tak tentu sambil berharap kesalahannya dimaafkan.
Lihat Selengkapnya

Selasa, 07 Agustus 2012

SHOLAT SUNNAH IFTITAH

Mungkin bagi sebagian besar orang, shalat yang satu ini masih asing, karena sepertinya yang mempraktekkan shalat ini belum terlalu banyak.
Berdasarkan beberapa definisi yang saya temui, Shalat iftitah adalah shalat 2 rakaat yang boleh dikerjakan sebelum melaksanakan qiyamul-lail. Bagi seseorang yang akan mengerjakan Qiyamul-lail boleh memulai dengan 2 rakaat shalat iftitah, tetapi boleh juga tidak. Jadi shalat iftitah itu hanya berhubungan dengan qiyamul-lail dan tidak ada hubungan dengan shalat-shalat sunnah yang lain.
Rasulullah bersabda:
“Apabila salah seorang dari kamu akan shalat pada waktu malam, hendaklah memulai shalatnya dengan 2 rakaat yang ringan” (HR. Ahmad dan Muslim).
Dari Aisyah berkata:
“Rasulullah apabila shalat pada wktu malam (qiyamul-lail) memulai shalatnya dengan 2 rakaat yang ringan” (HR. Ahmad, Muslim dan Abu Dawud).
Adapun tata cara shalat iftitah adalah sebagai berikut, dimulai dengan takbir kemudian membaca doa sebagai berikut “subhanadzilmulki wal malakut wal izzati wal jabarut wal kibriyai wal adhomah(maha suci Allah, dzat yang memiliki kemuliaan, kekuasaan, kebesaran dan keagungan)(HR. Thabrani) dilanjutkan dengan membaca surat al Fatihan tanpa membaca surat-surat Al Qur’an yang lain dan dikerjakan seperti shalat-shalat wajib. Kemudian setelah salam baru lah dilanjutkan dengan shalat qiyamul lail yang pada bulan Ramadhan dikenal juga sebagai shalat Tarawih.
Demikian rangkuman dari beberapa sumber yang saya temui, mohon koreksinya apabila rangkuman diatas kurang tetap dan tidak sempurna. Semoga bermanfaat dan kita dapat meraih keutamaan-keutamaan Ramadhan.