Entri Populer

Kamis, 09 Agustus 2012

CERITA RENUNGAN ; LAMPU MERAH



Lampu Merah

Dari kejauhan, lampu lalu-lintas di perempatan itu masih menyala hijau.

Bima segera menekan pedal gas kendaraannya. Ia tak mau terlambat. Apalagi ia tahu perempatan di situ cukup padat sehingga lampu merah biasanya menyala cukup lama. Kebetulan jalan di depannya agak lenggang.
...

Lampu berganti kuning. Hati Bima berdebar berharap semoga ia bisa melewatinya segera. Tiga meter menjelang garis jalan, lampu merah menyala.

Bima ragu, haruskah ia berhenti atau terus saja. “Ah, aku tak punya kesempatan untuk menginjak rem mendadak,” pikirnya sambil terus melaju.

Prit!!!

Di seberang jalan seorang polisi melambaikan tangan memintanya berhenti. Bima menepikan kendaraan agak menjauh sambil mengumpat dalam hati. Dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu. Wajahnya tak terlalu asing. Hey, itu kan Rosyid, teman mainnya semasa SMA dulu. Hati Bima agak lega. Ia melompat keluar sambil membuka kedua lengannya.

“Hai, Rosyid. Senang sekali ketemu kamu lagi!”

“Hai, Bim.” Tanpa senyum.

“Duh, sepertinya saya kena tilang nih? Saya memang agak buru-buru. Istri saya sedang menunggu di rumah.”

“Oh ya?” Tampaknya Rosyid agak ragu.

"Nah, bagus kalau begitu. Hari ini istriku ulang tahun. Ia dan anak-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tentu aku tidak boleh terlambat, dong.”

“Saya mengerti. Tapi, sebenarnya kami sering memperhatikanmu melintasi lampu merah di persimpangan ini.”

Oh-oh, sepertinya tidak sesuai dengan harapan. Bima harus ganti strategi. “Jadi, kamu hendak menilangku? Sungguh, tadi aku tidak melewati lampu merah. Sewaktu aku lewat lampu kuning masih menyala.” Aha, terkadang berdusta sedikit bisa memperlancar urusan.

“Ayo dong Bim, kami melihatnya dengan jelas. Tolong keluarkan SIMmu.”

Dengan ketus Bima menyerahkan SIM lalu masuk ke dalam kendaraan dan menutup kaca jendelanya. Sementara Rosyid menulis sesuatu di buku tilangnya. Beberapa saat kemudian Rosyid mengetuk kaca jendela. Bima memandangi wajah Rosyid dengan penuh kecewa. Dibukanya kaca jendela itu sedikit. Ah, lima centi sudah cukup untuk memasukkan surat tilang. Tanpa berkata-kata Rosyid kembali ke posnya.

Bima mengambil surat tilang yang diselipkan Rosyid di sela-sela kaca jendela. Tapi, hei apa ini. Ternyata SIMnya dikembalikan bersama sebuah nota. Kenapa ia tidak menilangku. Lalu nota ini apa? Semacam guyonan atau apa? Buru-buru Bima membuka dan membaca nota yang berisi tulisan tangan Rosyid.

"Bima, tahukah kamu, aku dulu mempunyai seorang anak perempuan. Sayang, Ia sudah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos lampu merah.

Pengemudi itu dihukum penjara selama 6 bulan. Begitu bebas ia bisa bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi.

Sedangkan anak kami satu-satunya sudah tiada. Kami masih terus berusaha dan berharap agar Tuhan berkenan mengkaruniai seorang anak agar dapat kami peluk.

Ribuan kali kami mencoba memaafkan pengemudi itu. Betapa sulitnya. Begitu juga kali ini denganmu. Maafkan aku Bim, Doakan agar permohonan kami terkabulkan. Berhati-hatilah".
(Rosyid)

Bima terhenyak. Ia segera keluar dari kendaraan mencari Rosyid. Namun, Rosyid sudah meninggalkan pos jaganya entah kemana. Sepanjang jalan pulang ia mengemudi perlahan dengan hati tak tentu sambil berharap kesalahannya dimaafkan.
Lihat Selengkapnya