Entri Populer

Kamis, 19 Juli 2012

Salam Ramadhan dariku..(JK)

Allahumma Baariklanaa fii Rajab wa sya'ban wa Balighnaa Ramadhaan...
Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban dan sampaikanlah kami di Bulan RAMADHAN..
Yaa Allah engkau telah berjanji bahwa siapa yang gembira dengan tibanya Ramadhan maka haram baginya api neraka-MU...
Yaa Allah sesungguhnya tidak menyalahi Janji...

MARHABAN YAA RAMADHAAN...

Ya ALLAH....
tak sabar hati ini menunggu detik demi detik kedatangan bulanMU...
bulan yang penuh Barokah, Rahmah serta MaghfirahMU....
Ramadhan begitulah ENGKAU menyebutnya dalam wahyuMU
di surah Al Baqarah 185.....

Ya ALLAH.....
tak sabar hati ini....
sekaligus..... aku juga takut.....
takut tidak bertemu dengan RamadhanMU...
walau hanya tinggal sejengkal dari penantianku....
aku takut ya ALLAH....
takut jika ENGKAU memanggilku disaat penantianku....
sementara aku masih berlumur dosa dan nista....

Ya ALLAH....
aku sangat berharap bertemu dengan RamadhanMU....
supaya aku bisa melebur seluruh dosa dan nistaku...
astaghfiruLLAH al'adziiimm....
astaghfiruLLAH al'adziiimm....
astaghfiruLLAH al'adziiimm....
berilah aku kesempatan ya ALLAH...
aku masih malu bertemu dengan ENGKAU...
malu akan dosa dan nistaku.....
diriku masih kotor.....
aku masih kurang bersyukur....
aku masih banyak menyakiti hati orang lain...
Ya ALLAH...
walau aku telah memohon.... bermunajat....
meminta ampun pada ENGKAU...
disetiap saat aku berkomunikasi denganMU...
disetiap sholatku...
namun aku sungguh ingin melebur dosa dan nistaku...
dalam bulanMU yang sangat ENGKAU agungkan....
subhanaLLAH....

saudara-saudaraku yang aku cintai karena ALLAH....
aku ini hanyalah manusia biasa...
yang masih harus menempuh perjalanan yang sangat panjang...
untuk memiliki akhlak semulia Muhammad SAW bin Abdullah ....
aku ini masih sering terbuai bisikan syetan laknatuLLAHI'alayhiim...
sehingga tak sengaja... ataupun sengaja....
mungkin atau bahkan pasti telah menggoreskan...
sedikit luka.... ataupun mungkin meninggalkan jejak hitam...
pada hati saudara-saudaraku...
astaghfiruLLAH al'adziiimm....
astaghfiruLLAH al'adziiimm....
astaghfiruLLAH al'adziiimm....
aku sungguh menyesal....

saudaraku tercinta,
hawa Ramadhan makin merasuk dalam diriku...
aku makin menghanyutkan kerinduanku padanya....
oohhhh segarnya jiwa ini, jika bertemu dengannya...
namun, aku malu untuk bertemu dengannya..
dandanku belum lagi rapi....
badanku masih penuh daki....
bau tak sedap tubuhku sangat menyengat...
itu semua akibat kesalahanku padamu saudaraku.....
dengan segala kerendahan hatiku...
dengan segala penyesalanku....
aku mohon maaf atas semua kekhilafanku....
atas semua kesalahanku....
yang mungkin sangat panjang jika aku ketik dalam sebuah buku...
aku dan keluargaku mohon dimaafkan dengan ikhlas....

saudaraku,
maafkanlah aku...
agar ringan langkahku...
agar muncul percaya diriku untuk bertemu dengan Ramadhan...
percaya diri.... karena aku telah berdandan rapi...
karena tak ada lagi daki....
apalagi jika disiram dengan parfum yang sangat wangi...
parfum ke-ikhlasan-mu saudaraku....
subhanaLLAH......

alhamduliLLAH,
aku juga telah memaafkanmu saudaraku.....
itupun kalau ada kesalahan...
namun setelah aku balik buku catatan kami....
aku hanya menemukan kertas kosong....
kertas kosong nan tak ingin sedikitpun aku isi...
tak ada sedikitpun goresan kesalahanmu dihatiku ya saudaraku...
insya ALLAH... pintu maafku selalu terbuka lebar....
aku buka dengan hawa keikhlasan...

saudaraku,
aku coba buka lagi catatan sebelahnya..
subhanaLLAH walhamduliLLAH....
aku takjub... rupanya banyak catatan penuh bunga....
catatan keindah dan kebaikanmu saudaraku...
untuk itu aku berterimakasih atas segala kebaikanmu...
terutama atas telah dimaafkannya kesalahanku pada Idul Fitri yang lalu...
apatah untuk lagi maaf nan ikhlas yang akan aku terima...
hanya tetes airmata kebahagian yang bisa keluar...
lidahku kelu karena bahagia...
hanya hatiku yang bisa bicara...
JazakmuLLAH khair atas semua kebaikanmu ya ikhwannul muslimin wa
muslimat....

amin ya RABBAL 'alamiiin... walhamduliLLAHI RABBIL 'alamiiin...

GALAU bin FUTUR


ASBABUL GALAU...
dakwatuna.com - Galau, gelisah, gundah, bete, nggak mood, futur de el el. Semua kita mungkin pernah merasakan hal ini. Tapi tahukah kita kenapa hal itu bisa terjadi pada diri kita. Kenapa kita yang tadinya punya hamasah, energik and spirit tiba-tiba dilanda oleh kefuturan atau bahasa anak muda sekarang “galau”. Why?
Apalagi menjelang ujian termin dua ini kita benar-benar membutuhkan semangat baja untuk menaklukkan muqarrar. Sebenarnya galau atau futur itu biasa. Yang penting kata Rasul tidak jatuh ke dalam kemaksiatan. Karena banyak orang yang merasa galau lalu untuk mengobati galaunya itu ia pergi ke tempat-tempat maksiat. Na’udzubillah deh.
Nah, maka sebab itu perlu bagi kita untuk mengetahui apa aja yang bisa membuat kita jadi galau bin futur. Mudah-mudahan dengan mengetahui asbab dari galau tersebut kita bisa meng-ilaj dengan segera sehingga bisa kembali melakukan aktivitas dengan semangat. Yuk, kita simak yang bisa bikin kita galau!
Pertama: Berlebihan dalam din. Artinya kita tidak terlalu berlebihan dalam suatu jenis amal sehingga mengabaikan amal-amal lainnya. Contohnya nih, ketika kita berazzam untuk bisa shalat tahajjud tiap malam. Okelah minggu pertama misi kita berjalan dengan baik, selanjutnya kita malah K’O di tengah jalan. Nah, sebaiknya kita tidak terlalu memaksakan diri. Tapi cobalah secara bertahap, dua kali seminggu. Kalau yang sudah ini berjalan dengan mantab. Insya Allah ke depannya bisa ditingkatkan.
Rasul Saw bersabda: Sesungguhnya Din itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulitnya kecuali akan dikalahkan (HR. Muslim)
Karena itu, amal yang disukai oleh Allah adalah amal yang sedikit tapi kontinyu. Setuju…
Kedua: Berlebihan dalam yang mubah. Dalam kaidah ushul fiqih kita tahu bahwa hukum dari segala sesuatu adalah mubah. Tapi keseringan dalam hal mubah bisa bikin kita jadi futur loh. For example Facebook-an melulu sehingga melalaikan kewajiban. Atau dunianya hanya bola saja. Setiap hari yang ia ikuti hanya bola. Pagi main bola, siang entar main pe-es bola, malamnya nonton bola. Yha semua waktunya habis dengan si bola. Bukan berarti saya mengharamkan main bola. Tapi sesuai dengan kadarnya. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk riyadhah sehingga menjaga kesehatan. Karena sebaik-baik urusan adalah aushotuha. Tul nggak?
Ketiga: Memisahkan diri dari jama’ah. Nah loh, jama’ah apaan nih? Eitss…tunggu dulu bro. Rasulullah saw memerintahkan untuk kita berjamaah “Alaykum bil jama’ah”. Dulu ada khilafah islamiyah tempat menyatukan kaum muslimin. Sekarang karena khilafah Islamiyah nggak ada maka kita dianjurkan untuk bergabung dalam jama’ah minal muslimin. Apapun jama’ah dan harakahnya yang penting tujuannya sama yaitu untuk li i’la kalimatillah. Sebab dengan berjama’ah kita akan lebih terjaga dari godaan syetan “Faiina syaithona ma’al wahid”.
Sedangkan tanpa jama’ah seseorang bisa terperangkap kepada kebosanan yang terjadi akibat kerutinan. Karena itu Imam Ali berkata: Sekeruh-keruh hidup berjama’ah itu lebih baik dari bergemingnya hidup sendiri.
Keempat: Sedikit mengingat akhirat. Yap, karena kita sudah terlalu banyak dilalaikan dengan hal yang mubah maka sangat jarang kita mengingat akhirat. Dengan mengingat akhirat kita menjadi terpacu untuk beramal, sebaliknya orang yang lupa dengan kehidupan akhirat akan mudah loyo dan galau.
Kelima: Melalaikan amalan siang dan malam. Melaksanakan ibadah secara tekun akan membuat seseorang selalu ada dalam perlindungan Allah. Karena setiap ibadah yang kita lakukan adalah ibarat bahan bakar yang selalu memacu kita untuk selalu bersemangat. Dengan kata lain orang yang sering melalaikan ibadah akan mudah terjerumus ke dalam kefuturan. So, dari sekarang kalo pengen nggak galau ya ibadah solusinya :)
Keenam: Tidak mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan. Ini dia yang sering membuat kita “jatuh”. Sudah menjadi sunnatullah bahwa kehidupan ini akan penuh dengan tantangan. Maka kita harus punya persiapan dan mental yang kuat dalam menghadapi segalanya. Seperti yang pernah saya tulis dalam catatan sebelumnya tentang “Bereskan Urusanmu Dengan Allah, Lalu Biarkan Ia Membereskan Urusanmu”.
Ketujuh: Bersahabat dengan orang-orang lemah. Bi’ah sangat mempengaruhi sekali dalam hidup kita. Berteman dengan orang-orang lemah semangatnya terkadang juga membuat kita menjadi lemah. Seharusnya kitalah yang menjadi cahaya spirit bagi kawan-kawan kita yang lemah. Bukan berarti kita menjauhi mereka.
Makanya Rasulullah Saw bersabda: “Seseorang atas diri sahabatnya, maka lihatlah dengan siapa ia berteman.” Nggak heran, kalo orang bejat yah temannya sama-sama bejatlah, kalo orang saleh, temannya juga pada saleh insya Allah. Seiring dengan firman Allah Atthoyyibin lit thoyyibat, orang-orang baik itu jodohnya yah buat yang baik-baik juga :)
Itulah beberapa asbabul galau yang sering bikin kita jadi “nggak jelas”. Mudah-mudahan dengan mengetahui asbab nya kita jadi gampang untuk bangkit kembali. Karena umat membutuhkan ar rijal al qowi untuk kembali menegakkan Islam di muka bumi Allah. Insya Allah…Hasbunallah wa ni’mal wakil ni’mal maula wa ni’ma nashir.

Arkanul Bai'ah Ikhwanul Muslimin


Arkanul Bai'ah
Yang dimaksud dengan Arkanul Bai’ah disini adalah rukun-rukun bai’at yang dikumpulkan oleh Imam Hasan Al Banna kepada mujahidin dari Ikhwanul Muslimin yang tercantum dalam Risalah Ta’lim Wal Usar. Risalah ini ditulis oleh Imam Hasan Al Banna ditengah-tengah perpecahan yang terjadi dalam gerakan-gerakan sebagai Islah atau reformasi kembali untuk menyatukan semua kaum muslimin. Setalah ke khalifahan Turki Ustmani runtuh muncul banyak gerakan/jamaah untuk kembali memperbaiki keadaan umat Islam. Namun sayangnya banyak dari gerakan ini bersifat parsial dal melakukan gerakan perbaikan dan antara satu gerakan dan gerakan lain sering tidak akur dan saling menjatuhkan,mempermasalahkan perbedaan yang sedikit dan sifatnya furu’ dan ikhtilaf,daripada sekian banyak persamaan yang dimiliki. Didasari oleh realitas itulah,maka Imam Hasan Al Banna memformulasikan suatu kerangka berpikir untuk menyatukan semua gerakan penyadaran umat ini untuk bahu-membahu. Risalah ini ditulis Imam Hasan Al Banna pada tahun 1943 M. risalah ini termasuk risalah yang terpenting yang ditulis oleh beliau. Bahkan Ustadz Abdul Halim Mahmud menganggapnya sebagai puncak dan intisari dari semua risalah yang beliau tulis. Risalah ini berisi strategi jamaah Ikhwan dalam tarbiyah dan pembentukan kader. Juga berisi tentang tujuan-tujuan dakwah dan perangkat untuk mencapai tujuan tersebut. Imam Hasan Al Banna menulis risalah ini untuk para ikhwan yang tulus, para mujahdi atau yang disebut dengan kader inti Ikhwan. Dimana gaya bahasa yang dipakai adalah gaya bahasa Instruksi untuk beramal, bukan sekadar pembicaraan.
Di awal dari Risalah ini,Imam Hasan Al Banna mengatakan “Rukun Bai’at kita ada sepuluh, hafalkanlah… “. Dari kalimat pembuka tersebut,ada tiga kata yang menjadi perhatian. Yaitu Arkan,Bai’at dan Infazuha (hafalkanlah).

Arkan berasal dari kata rukun,dalam bentuk jamak. Menurut Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, dalam bukunya Syarah Ar Kanul Bai’ah 1 Alfahmu, kata ini memiliki arti pilar utama, atau salah satu pilar yang menjadi fondasi bangunan sesuatu,atau pilar yang apabila ditinggalkan maka batal suatu pekerjaan dan dan tidak memiliki kekuatan lagi. Atau juga bisa berarti pilar tekuat. Atau masalah yang besar. Atau sesuatu yang memiliki kekuatan,baik berupa raja, tentara dan lainnya atau berupa kedudukan dan kemampuan pertahanan.
Sementara,dari buku yang sama,kata bai’at berarti perjanjian untuk mencurahkan ketaatan dengan harga yang setimpal. Pada asalnya, kata bai’at bermakna mencurahkan ketaatan kepada penguasa dalam melakukan perintahnya. Namun yang harus dipahami,bai’at yang dimaksud disini bukanlah bai’at kepada seorang imamah ‘uzhma,pemimpin kaum muslimin atau khalifah,namun ia adalah bai’at dalam beramal. Ia adalah termasuk bai’at khusus bukan bai’at umum yang diberikan ahlul halli wal ‘aqdhi kepada seorang imam utama kaum muslimin, dimana bai’at yang terakhir ini menuntut syarat consensus dari umat islam. Sa’id Hawwa dalam bukunnya Membina Angkatan Mujahid mengatakan bai’at ini seperti bai’at kepada guru. Sebagaimana Imam Hasan Al-Banna sendiri yang mengatakan dalam pembukaan risalahnya “Ini adalah risalahku untuk mujahidin dari kalangan ikhwanul muslimin”. Sehingga tidaklah tepat jika kita mengaitkan baiat ini dengan konteks hadits-hadits yang berisi konsekuensi bai’at terhadap imamah ‘uzhma, dengan demikian maka orang yang tidak berbaiat kepada pimpinan jamaah dakwah bukanlah orang yang kafir. Hal ini tersirat dalam pernyataan mursyid ‘aam ke dua ikhwan Hasan Al-Hudaibi ketika memecat lima orang anggota hai’ah ta’sisiyyah (dewan pendiri, termasuk syaikh Muhammad Al-Ghazali ) “Bisa jadi mereka lebih mulia dari kita di mata Allah, namun mereka dikeluarkan semata-mata karena masalah organisasi”
Lalu bagaimanakah kita memposisikan arkanul bai’ah ini?. Bukan berarti tidak ada ketaatan atau perihal yang mengikat dalam baiat untuk beramal ini, karena pada dasarnya ia adalah janji dan amanah yang harus ditepati oleh orang-orang yang beriman. Seseorang yang melakukan bai’at berarti dia telah berjanji untuk mencurahkan ketaatannya, sekalipun ketaatan tersebut menuntut harta atau kepayahan atau jiwa selama hal itu dalam mencari keridhaan Allah SWT. Dalam Qur’an surat Al-Fath:10, Allah SWT berfirman “Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu Sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. tangan Allah di atas tangan mereka, Maka Barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan Barangsiapa menepati janjinya kepada Allah Maka Allah akan memberinya pahala yang besar”. Dan ada juga kita temukan kata bai’at disamakan dengan isytara (membeli) yang berarti bahwa bai’at pada hakikatnya merupakan transaksi jual-beli antara seorang hamba dengan Allah SWT dihadapan seorang pemimpin. sebagaimana firman Allah SWT dalam AT-Taubah:111 “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar”.
Adapun kata Infazhuha berasal dari kata fazhahuha (jagalah dia/hafalkanlah dia),menurut Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, dalam bukunya Syarah Ar Kanul Bai’ah 1 Alfahmu, memiliki dua makna yaitu: Sadar dan paham setelah mencermati, dalam arti merasa mantap pada hasil pemahaman, dan Melaksanakan konsekuensi Bai’at, yakni memelihara, menjaga dan melaksanakan
Adapun rincian singkat rukun-rukunnya adalah sebagai berikut:
1.      Al Fahmu
Pemahaman adalah hal yang mengikat seorang al akh dengan bai’at ini. Karena dengan pemahaman al akh yang komprehensif terhadap nilai yang dibawa dakwah ini akan menghasilkan komitmen yang begitu kuat. Idealnya seorang al-akh harus memahami dulu fikrah islamiyyah as-samimah (fikrah islami yang bersih) dengan komprehensif  yang tercantum dalam ushul isyrin yang merupakan bagian pokok dari rukun al-fahmu ini, dan menempatkannya dalam pemahaman yang benar pula sesuai dengan pemahaman salafus-shalih ridwanullah ‘alaihim dan tidak bertentangan dengan al-quran dan sunnah. Dengan pemahaman inilah al-akh yang berbaiat memilih dan menempatkan komitmennya, sehingga ia percaya bahwa ia berada pada jalan yang benar
2.      Al Ikhlas
Yaitu mengikhlaskan niat hanya kepada Allah saja. Ketika kita sudah memiliki ke pahaman maka selayaknya kita memiliki suatu tujuan yang mulia,dan tujuan itu hanyalah untuk Allah semata. Sebagaimana slogan yang ada Allah tujuan kami (Allah Ghayyatuna)
3.      Al ‘Amal
Selanjutnya adalah ‘amal,sebagai bentuk aplikasi dari suatu pemahaman dan dipadu dengan keikhlasan atau dapat dikatakan amal adalah buah dari ilmu dan ikhlas. Karena tujuan dakwah ini tidak akan tercapai tanpa suatu kerja nyata. Dalam risalah ini disebutkan tujuh tingkatan amal atau tata urutan amal (maratibul ‘amal) mulai dari pembentukan pribadi muslim hingga ustadziyatul ‘alam
4.      Al Jihad
Jihad fi sabilillah dengan berbagai tingkat dan variasinya. Dalam risalah ini disebutkan: peringkat pertama jihad adalah dengan hati, dengan lisan,pena,tangan dan kata-kata yang benar di hadapan penguasa yang zhalim, dan yang terakhir adalah perang di jalan Allah.
5.      At Tadhiyah
Yaitu seorang al-akh harus siap untuk berkorban di jalan dakwah ini, baik itu pengorbanan jiwa,harta,waktu,kehidupan, dan segala sesuatu yang dipunyai oleh seorang muslim untuk mencapai tujuan. Karena tidak ada perjuangan di dunia ini, kecuali harus disertai pengorbanan.
6.      At Taat
Yaitu menunaikan perintah Allah dan Rasul-Nya dan Ulil amr, baik dalam keadaan sulit maupun bersemangat, dalam rukun ini dijelaskan tiga tahapan dakwah yaitu ta’rif , takwin dan tanfidz
7.      Ats Tsabat
Yaitu memegang teguh agama, baik dari sisi aqidah, syari’ah, maupun perbuatan. Dan juga terhadap prinsip yang dianut dari jamaah dakwah ini
8.      At Tajarrud
Yaitu membersihkan pola pikir dari prinsip dan nilai lainnya.
9.      Al Ukhuwwah
Yaitu terikatnya hati dan ruhani dengan ikatan  aqidah.Dimana ukhuwwah dimulai dari salamatush shadr (berprasangka baik) hingga pada tingkat itsar mendahulukan kepentingan saudaranya.
10.  At Tsiqah
Yaitu rasa percaya yang disebabkan kepuasan jundi kepada jajaran qiyadhah nya, dimana hal ini sebenarnya merupakan beban berat bagi qiyadhah karena untuk mewujudkan kepuasan tersebut ia harus membangun kredibilitas dan memperbaiki dirinya, disamping itu jundinya juga harus mengenal lebih jauh para qiyadhah mereka.

Ustadz Ihsan Tandjung membuat klasifikasi atas sepuluh rukun ini dengan membagi dua kelompok yaitu kelompok pertama adalah rukun al-fahmu yang terkait dengan lingkup pribadi, yang kedua adalah rukun ikhlas, amal, jihad, tadhiyyah, taat, tsabat, tajarrud, ukhuwwah, tsiqoh, yang mulai masuk pada lingkup interaksi di luar pribadi yaitu lingkup berjama’ah, dimana aspek dalam kehidupan berjamaah ini terkait erat dengan komitmen yang kuat, sedangkan pada lingkup pribadi didasari oleh pemahaman yang lengkap dan menyeluruh. Oleh karena itu Ustadz Ihsan Tandjung mengistilahkan kelompok pertama dengan Al-Fahmu Syamiil (pemahaman yang menyeluruh) dan yang kedua dengan iltizaamul kaamiil (komitmen yang sempurna). Wallahu a’lam

BAGAIMANA PERAYAAN ULANG TAHUN DALAM PERSPEKTIF ISLAM
(REFLEKSI 13 JULI 2012)

Assalamualaikum. Wr. Wb.
Ulang tahun dimata islam seperti apa sih? Apa yang mestinya kita lakukan ataupun sampaikan thdp orang yg berulang tahun.. doa apa yg sepantasnya diucapkan? Apakah ada riwayatnya di zaman Rasulullah SAW yg berhubungan dgn ulang tahun?

Perayaan "Ulang Tahun", mungkin yang thorank maksud perayaan Hari (Tanggal) Kelahiran ya?
Mari kita telaah:
1. Dari mana asalnya?
Biasanya ini diiringi dengan acara tiup lilin, sambil menyanyi "Panjang umurnya ... dst" lalu memotong kue, dst.
Bukankah ini adalah adat/ kebiasaan orang non muslim (Yahudi & Nashoro)?
Rasulullah saw bersabda,"Man tasyabbaha bi qaumin fa huwa min hum (Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dari mereka)" (HR Ahmad dan Abu Dawud dari sahabat Abdullah bin Umar ra. Dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Al Jami' no 6025) Allah swt berfirman, yang artinya,"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu teladan yang baik bagi kalian ..." (Al Ahzab 21). Juga,"Dan ikutilah dia (Muhammad), agar kalian mendapat petunjuk" (Al A'raf 158).
Sebaliknya (artinya),"Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah menguasainya itu dan Kami
masukkan ia ke dalam Jahannam..." (An Nisa 115)

2. Doa apa yang mesti diucapkan? Apa ada riwayat di zaman Rasulullah saw? Tidak ada.

3. Kalau kita sudah menganggap itu kebiasaan, maka seakan-akan jadi "harus (wajib)", bahkan saat kita hanya punya uang sedikitpun, tetap kita merayakannya (jangan-jangan sampai berutangpun kita lakukan). Kalau sudah begini, bukankah sangat memberatkan? Memang hal yang diada-adakan itu biasanya memberatkan, sedangkan Allah swt menginginkan yang mudah untuk kita. Kalau kita perhatikan, tidak ada satupun perintah Alloh swt yang memaksa (dalam hal materi). Satu-satunya perintah Allah swt yang "mahal" adalah berhaji ke Baitullah, tapi inipun Allah swt syaratkan "Bila mampu".

4. Disekeliling (lingkungan) kita, terkadang, menganggapnya "Sudah biasa", sehingga bila kita katakan bahwa itu "Tasyabbuh 'ala kuffar (Meniru-niru orang kafir)", mungkin kitalah yang dikatakan "Fanatik", "Garis keras", dsb.
Jadi (ini sekedar saran), kalau toh tidak kuasa menghindari acara tsb, paling tidak, janganlah kita membenarkannya (acara tsb) dengan hati. Rosululloh saw bersabda,"Man ra a minkum munkaran falyughoyyirhu bi yadihi, fa illam yastathi' fa bi lisaanihi, fa illam yastathi' fa bi qolbihi wa dzalika adh'aful iimaan (Barangsiapa melihat satu kemungkaran, hendaknya
mencegah dengan tangannya. Kalau tidak mampu, hendaknya mencegah dengan lisannya. Kalau tidak mampu juga, hendaknya mencegah dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman)" (HSR Muslim)
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh..

Banjir tidak membuat cemas sampai ia meluap...
Pedang tidak menakutkan sampai ia mengalirkan darah dan menebas tenggorokan...
Guntur tidak menggetarkan sampai ia menggelagar disertai kilat yang menyala...
Harimau tidak membuat kita lari selama ia masih tertawan dalam kurungan...
Selama kita masih ditawan rasa bosan untuk belajar dan dipenjara rasa malas untuk menghafal AlQur’an, maka bagaikan singa dalam kandang di kebun binatang. Aumannya yang menakutkan hanya membuat orang tertawa..ketajaman kukunya dan ketinggian loncatannya hanya jadi pose terindah sebuah majalah...
Nabi Idris seorang penjahit...
Nabi Daud seorang tukang besi...
Nabi Musa diupah untuk menggembala...
Ibnu Mussayab berjualan minyak...
Abu Hanifah berjualan baju...
Dan selama 70 tahun Imam Ahmad, Khalid bin Ahmad dan Sufyan Asy-Syuhri pernah berjualan roti.
Apapun profesi kita, maukah dimuliakan seperti mereka???
Maka mari kita mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya!!!
Insya Allah kita semua bisa menjadikan al-Qur’an sebagai bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Dimana ayat-ayat menerangkan jalan-jalan kita di dunia dan menuntun kita ke akhirat nanti.
Aamiin yaa Rabbal ‘Alamiin.
Syukron eee
(like kalo suka,hapus klo ga suka)